Senin, 08 April 2013

Renungan Malam: Perangkap Tikus

"Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihirmat, semua anggota turut bersukacita" -- I Korintus 12:26 
Seekor tikus mengintip dari lobang yang ada di tembok untuk melihat petani dan istrinya membuka belanjaan mereka. "Makanan apa yang mereka beli?" tanya tikus dalam hatinya. Dia begitu kecewa ketika
mengetahui bahwa yang dibeli sang petani adalah perangkap tikus. Tikus berlari ke ladang sembari berteriak-teriak. "Ada perangkap tikus di rumah! Ada perangkap tikus dirumah!" Ayam berkata kepada tikus, "Tuan Tikus, perangkap itu adalah kuburanmu, itu tidak ada hubungannya denganku. Aku tidak mau direpotkan oleh masalahmu." Tikus kemudian bertemu dengan babi dan berkata "Ada perangkap tikus di rumah!" Babi menunjukkan kesedihannya dan berkata, "Aku ikut bersedih Tuan Tikus, dan tidak ada yang dapat kuperbuat selain berdoa untukmu. Yakinlah engkau akan selalu ada dalam doaku." Kemudian tikus datang kepada sapi dan berkata, "Ada perangkap tikus dirumah!" Sapi menjawab, "Woow Tuan Tikus, Akut ikut bersedih. Tetapi perangkap itu bukan untukku, hidungku saja tidak dapar masuk ke dalam perangkap itu." Lalu kembalilah tikus ke rumah dengan kepala tertunduk dan hati yang hancur karena harus menghadapi perangkap itu sendirian.

Pada tengah malam, terdengar bunyi perangkap tikus yang begitu keras seperti ada sesuatu yang tertangkap. Istri sang petani terbangun dan segera memeriksa untuk melihat apa yang telah tertangkap. Di dalam kegelapan malam ia tidak dapat melihat bahwa ada seekor ular berbisa yang ekornya kena perangkap tikus itu. Ular itu mematuk istri petani. Sang petani segera melarikannya ke rumah sakit dan istrinya kembali pulang ke rumah tetapi badan yang masih demam.

Sang petani tahu, bahwa orang yang demam dapat cepat sembuh dengan sup ayam yang hangat. Petani itu pun menyembelihnya ayamnya, namun demam istrinya tetap berlanjut. Banyak teman dan tetangga yang berdatangan. Untuk menjamu mereka,  si petai terpaksa menyembelih babinya. Akhirnya, istri sang petani tidak tertolong, ia meninggal dunia. Banyak orang yang datang ke rumah sang petani untuk menyatakan belasungkawa dan menjamu mereja semua, sang petani terpaksa memotong sapinya.

Suatu saat, jika Anda melihat atau mendengar bahwa seseorang sedang menghadapi masalah dan berpikir bahwa itu tidak ada hubungannya dengan Anda, ingatlah bahwa ketika seorang dari kita sedang menderita, sebenarnya kita semua juga terancam menderita. Semua kita terlibat di dalam perjalanan bersama yang disebut kehidupan. Terlebih lagi jika kita sama-sama berjemaat di suatu gereja tertentu. Kita semua bersaudara. Jangan hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi kita harus juga memperhatikan orang-orang yang lain, dan bersedia untuk memberikan bantuan untuk menguatkan dan menolong saidara kita yang sedang dalam kekurangan, ketakutan, penderitaan, ataupun pencobaan.
"Yang paling saya prihatikan bukan apakah Anda telah gagal, tetapi apakah Anda telah puas dengan kegagalan Anda" --- Abraham Lincoln

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan baik. Dilarang menyinggung Umat Agama lain! Hargailah postingan admin..!